Namun demikian, segala sesuatu yang telah dipaparkan itu bukan sebagai alasan Natuna untuk mengambil tindakan-tindakan di luar hukum dan melanggar kedaulatan, melainkan apa yang disampaikannya itu sebagai bahan masukan untuk mengelola daerah yang dulu tidak satu kerajaan dengan kebanyakan wilayah Indonesia Lainnya.
Untuk itu ia berpendapat, mengelola Natuna harus berbeda caranya dengan tatacara mengelola daerah-daerah lain yang ada di Indonesia.
“Tapi ini saya mohon maaf, orang kalau denger saya ngomong begini jadi ngeri, Natuna ingin merdeka, bukan Pak. saya hanya menyampaikan, karena banyak masyarakat bilang, enak jaman dolar dulu, enak jaman dulu. itu jangan berkembang terus, harus kita tutup dengan meningkatnya kesejahteraan, biar mereka lebih nyaman ketika berada di Negara kita. Kami sudah berusaha maksimal, tapi keterbatasannya banyak,” tegasnya.
Ia berharap kepada pemerintah pusat agar Natuna dapat dibangun sesuai karakter dan potensinya supaya dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi untuk kesejahteraan bangsa.
“Gelaran kita negeri bahari, beribu pulau tapi satu, walapaun godaan negara tetangga itu bertubi-tubi, tapi Indonesia tumpah darah kami,” ucapnya berpantun menutup pemaparannya. (*)